Tuesday, 26 January 2016

Pipeline Routing

Untuk posting pertama kali ini, saya akan berbicara tentang Pipeline Routing atau tahap pemilihan rute pipeline.

Pipeline yang berasal dari darat ke bawah laut dengan melalui kecuraman tertentu. Rute yang dipilih seperti ini membutuhkan banyak pertimbangan dan memiliki tantangan yang cukup besar, sehingga harus ditentukan secara hati-hati dan penuh perhitungan dari berbagai pihak.
(Sumber gambar: http://plapre.no/wp-content/uploads/2013/06/145-Creating_partnerships_for_environmental_safety.jpg)

Jika ditanya apakah yang sesungguhnya dibutuhkan dalam proyek pipeline secara umum, tidak ada jawaban pasti yang dapat diberikan, bahkan mungkin oleh seorang profesional yang sudah biasa mengerjakan proyek subsea pipeline. Setiap proyek yang ada memiliki tantangannya masing-masing berdasarkan dengan lokasi, kondisi lingkungannya, ukuran pipa yang digunakan, produk yang ditransportasikannya, dan penjadwalan kerja yang diajukan di awal proyek. Namun, jika harus sekali menentukan bagian paling penting dalam tahap perencanaan sebuah pipeline yang berpengaruh dari awal sampai akhir proyek, pemilihan rute pipeline merupakan yang paling penting, mulai dari pertanggungjawaban atas waktu, analisis, serta alasan pemilihan rute tersebut kepada para stakeholder lainnya yang akan bekerja di dalam parameter yang timbul dari rute yang kita pilih. Karena itu, dalam tahap perencanaannya, ada satu hal yang setiap proyek pipeline memiliki kesamaan, yaitu bagaimana kegiatan perutean pipeline akan mempengaruhi seluruh pekerjaan yang dibutuhkan dalam proyek.

Bagaimana sebuah rute dipilih?

Tahap paling awal yang dilakukan untuk setiap proyek yang ada adalah membicarakan seluruh perincian dari proyek yang akan dibuat. Setelah itu, sebuah tim dibentuk khusus untuk mengembangkan strategi pemilihan rute yang berhasil. Tim ini biasanya terdiri dari seorang manajer proyek teknik, engineer desain, dan perwakilan dari setiap kelompok yang akan bekerja di lapangan, termasuk right of way (pihak yang mengerti tentang permasalahan hukum dalam kegiatan perutean), lingkungan, Geographic Information System (GIS), survei, dan konstruksi. Dengan melibatkan banyak pihak yang paling terpengaruhi pekerjaannya atas pemilihan rute pipeline ini, semua orang memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin ada dan menyarankan perubahan rute. Hal ini meringankan kemungkinan perubahan rute ketika proyek sudah berjalan lebih jauh dalam proses konstruksinya.


Secara umum, pipeline merupakan suatu rangkaian atau rute pipa yang menghubungkan antara satu fasilitas dengan fasilitas lainnya di berbagai tempat, bisa dari darat ke bawah laut, dan semacamnya.
(Sumber gambar: http://www.broronoilandgas.com/assets/Uploads/_resampled/ResizedImage654259-subsea-system.jpg)

Dalah tahap awal pemilihan rute, sebagian besar pekerjaan dasar perutean dilakukan oleh ahli GIS di kantor dengan menggunakan tampilan berbasis web, bernama ArcGIS, yang disesuaikan dengan proyek yang sedang dikerjakan. Ahli GIS akan membutuhkan untuk mengunduh semua informasi publik yang dapat diperoleh dan berpengaruh terhadap disiplin proyek, seperti:
  • Foto lokasi yang diambil dari udara
  • Semua taman, area pengelolaan satwa liar, hutan, dan area publik
  • Peta pajak (tax maps) dan informasi terkait pemilik tanah
  • Pipeline dan peralatan lainnya yang juga melalui rute yang ditawarkan
  • Jalanan, jalur kereta api, dan saluran air yang melalui rute
  • Batas yurisdiksi antara negara atau area
  • Keinginan masyarakat setempat
  • Spesies yang terancam punah di sekitar lokasi
  • Rawa atau area sensitif lainnya
Informasi-informasi di atas merupakan contoh data yang dibutuhkan untuk keperluan pengamatan perutean dengan menggunakan ArcGIS. Data-data tersebut akan dikumpulkan menjadi suatu tampilan dan ditunjukan kepada tim perutean untuk nantinya mulai dilakukan proses pemilihan rute pipeline.

ArcGIS memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

  • Metode real-time untuk pemilihan rute pipeline
  • Mengintegrasikan berbagai data dari banyak sumber menjadi sebuah database pusat yang digunakan untuk kegiatan pemodelan dan analisis berdasarkan pada komponen spasial
  • Memiliki kapabilitas presisi dalam mengoptimalkan rute
  • Tidak banyak menggunakan waktu dan uang seperti survei konvensional
Dalam penggunaan ArcGIS ini kemampuan Geofisik atau Geotekniknya harus bagus.


Contoh tampilan dari ArcGIS.
(Sumber gambar: http://educationally.narod.ru/arcgis_new931b.jpg)


Kriteria Pemilihan Rute Secara Umum

Beberapa hal yang dipertimbangkan oleh tim perutean adalah sebagai berikut:

Pemodelan subsea pipeline yang menghubungkan fasilitas di Sardinia dengan fasilitas di Algeria.
(Sumber gambar: http://www.offshore-mag.com/content/dam/etc/medialib/new-lib/offshore/print-articles/2011/jan/83593.res/_jcr_content/renditions/pennwell.web.400.190.jpg)

  • Meminimalisir panjang rute sebisa mungkin
  • Mengurangi risiko kesehatan dan keamanan serta memastikan keselamatan kehidupan laut di sekitarnya
  • Mempertimbangkan faktor peraturan dan lingkungan
  • Mengoptimalkan kepastian dari aliran yang akan terjadi (mengurangi kehilangan tekanan)
  • Mengurangi pipeline free span dan pekerjaan yang mengintervensi


Gambar di atas menunjukan pipeline free span dengan kontur seabed yang tidak rata. Garis hitam merupakan kontur dari seabed, sementara garis berwarna-warni menunjukan pipeline yang di-install di atas seabed. Ada pipa yang langsung berada di atas seabed, namun ada juga bagian dari pipa yang menggantung atau tidak menempel pada seabed. Hal ini mengakibatkan terjadi stress pada bagian-bagian pipa. Warna merah menunjukan stress yang tinggi pada pipa, hijau menunjukan medium stress, dan biru menunjukan tingkat stress yang rendah.
(Sumber gambar: https://anakkelautan.files.wordpress.com/2014/01/27.jpg)

  • Mempertimbangkan filosofi piggability dari pipeline
  • Menghindari Flare Heat Affected Zone (HAZ), area yang memungkinkan ada objek berjatuhan, seperti jangkar, dan semacamnya
  • Menghindari boulder, pockmark, area submarine excercise, pengeboran, rongsokan, area penangkapan ikan, dll.
  • Menghindari area Sabkha (pantai)
  • Menghindari area-area yang telah ditetapkan karena bangunan yang sudah ada dan daerah yang tidak stabil secara geoteknik
  • Mengurangi risiko longsor lokal (menghindari lereng curam)
  • Mengurangi dan/atau menghindari crossing pada belokan serta dalam jarak tertentu dengan crossing di daerah mana pun
  • Memastikan sudut crossing, jika dibutuhkan, tidak lebih dari 30ยบ



Tantangan Pemilihan Rute

Dalam tahap pemilihan rute, banyak tantangan yang akan dihadapi, di antaranya adalah:

  • Kontur seabed, seperti banyak batuan, dasar tidak rata, dan lereng curam yang rentan terhadap longsor
  • Penghalang pada seabed, seperti rongsokan kapal, Pipeline End Manifolds (PLEM), Pipeline End Terminations (PLET), dll.



PLEM adalah penghubung antara pipeline utama dan struktur bawah laut atau cabang pipeline lainnya.
(Sumber: http://www.ptpme.com/Pipe_Line_End_Manifold.html)


  • Keterbatasan konstruksi, seperti pendekatan dari pantai, sudut bend, laybarge draft, dll.
  • Alur pelayaran, area penangkapan ikan, pengeboran, exclusion zones, dll.



Rute pilihan yang baik ditentukan berdasarkan berbagai masukan dari semua disiplin ilmu dan dilakukan di kantor serta lapangan dapat mengurangi penggunaan uang ketika berhubungan dengan waktu dan pekerja yang dibutuhkan untuk menentukan rute tersebut, begitu juga dengan biaya yang dibutuhkan dalam tahap konstruksi dan material untuk pembangunan pipeline. Ada ratusan faktor dan variabel untuk dipertimbangkan dalam pemilihan rute pipeline, dan bagaimana semua faktor ini dimasukan kedalam pertimbangan ketika fase perutean dari proyek sering menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek.


Sources:
  • http://www.mustangeng.com/NewsandIndustryEvents/Publications/Publications/Pipeline%20Route%20Selection%20rev%2012-7-11.pdf
  • http://www.iploca.com/platform/content/element/24438/NPCC-SubseaPipelinesDesignChallenges.pdf

Friday, 22 January 2016

Introduction

Selamat datang di devitarahma-pipelineeng.blogspot.com!

Perkenalkan nama saya Devita Rahma Fitria (NIM 15512055), salah satu mahasiswa program studi Teknik Kelautan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, angkatan 2012.

Saat ini, saya dan teman-teman saya memasuki semester 8 di jurusan Teknik Kelautan atau biasa disingkat KL ini, di mana salah satu mata kuliah yang kami ambil, yaitu KL4220 Pipa Bawah Laut dengan dosen Prof. Ir. Ricky Lukman Tawekal, MSE, PhD/Eko Charnius Ilman, ST, MT mewajibkan kami untuk membuat suatu blog sebagai salah satu tugas kuliah. Di blog ini kami akan membahas 30 dari 60 tema pilihan dengan fokus utama di bidang Subsea Pipeline Engineering selama beberapa waktu ke depan.

Program Studi Teknik Kelautan merupakan program studi yang berdiri dan resmi menerima mahasiswanya sendiri melalui UMPTN pada tahun 1994. Program studi ini mulai dirintis sejak tahun 1985 melalui program New S1 Ocean Engineering, Proyek Bank Dunia XVII. Saat ini, Program Studi Teknik Kelautan berada di bawah naungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB. 

Kompetensi
Teknik Kelautan ITB merupakan institusi pendidikan yang mengembangkan TEKNOLOGI KELAUTAN yang berbasis pada bangunan dan lingkungan fisik laut. 

Saya harap blog ini bukan hanya dapat bermanfaat untuk kelancaran perkuliahansaya saja, namun juga memberikan pengetahuan tambahan untuk teman-teman sekalian yang juga ingin mempelajari tentang pipeline engineering. Apabila ada kekurangan dan kesalahan, dapat memberi kritik dan saran melalu komentar.

Terima kasih :)

Source from http://www.ocean.itb.ac.id